Jumat, 15 Maret 2013

Kamera Fuji Film


Kamera Fujifilm FinePix F900EXR Review Singkat

Kamera Fujifilm FinePix F900EXR Review Singkat

Kamera Fujifilm FinePix F900EXR Review Singkat - Satu produk terbaru keluaran dari perusahaan kamera Fujifilm yang mengusung type FinePix, yaitu kamera Fujifilm FinePix F900EXR. Kamera Fujifilm FinePix F900EXR merupakan edisi terakhir dari jajaran kamera long-zoom compact milik FujiFilm. Kamera Fujifilm ini terdapat spesifikasi yang hampir menyerupai dengan spesifikasi kamera pendahulunya yaitu kamera Fujifilm FinePix F800EXR, tetapi ada beberapa perubahan dan perbaikan pada bagian-bagian tertentu dari kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini, yaitu terdapat pada sensor gambarnya. Tetapi, untuk kamera Fujifilm FinePix F800EXR masih layak untuk dipertimbangkan jika tidak mengambil dari segi sensor yang ada di atas rata-rata.

Berikut beberapa review singkat dari kamera Fujifilm FinePix F900EXR.

Kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini dibuat dengan menghadirkan sensor 16 Megapixels terbaru dengan type EXR-CMOS II yang memiliki ukuran ½ inch. Dilengkapi juga dengan teknologi prosesor EXR Processor II, sistem hybrid autofocus (AF), serta dengan built-in sensor-shift stabilization dan modus continuous shot. Dengan adanya fitur kecepatan fokus menggunakan sistem hybrid autofocus (AF) menjadikan kamera Fujifilm ini tidak luput dari perhatian para konsumen serta produsen. Karena dengan fitur tersebut, kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini mampu menangkap momen yang tepat meskipun kamera ini berjenis kamera compact.
Fujifilm mengklaim bahwa sistem AF pada kamera compact F900EXR ini merupakan sistem AF tercepat di dunia. Karena secara otomatis, ketetapan fokus mampu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu hanya ½ detik. Dan kamera ini terdapat sistem Phase Detection dan Contrast Detection yang dapat berpindah secara otomatis tergantung dari kondisi saat pengambilan gambar maupun kondisi dari obyek itu sendiri. Sehingga dengan adanya sistem tersebut mampu mengoptimalkan kecepatan AF.
Dalam hal kecepatan, kamera Fujifilm ini tidak hanya terdapat pada sistem AF-nya saja. Kamera ini juga memiliki kemampuan mengambil gambar foto secara beruntun dengan kecepatan 11 fps pada 8 megapixels dengan memakai mode Best Frame Capture dengan menekan tombol foto setengahnya saja atau dengan kecepatan 6 fps dengan menekan tombol foto secara penuh. Namun, hal tersebut hanya dapat bertahan hingga 5 frame saja. Dan tentu saja dengan modus EXR Auto yang mampu menghasilkan gambar yang lebih optimal.
Kamera Fujifilm F900EXR dilengkapi juga dengan lensa Fujinon yang memiliki kemampuan perbesaran hingga 20x optical zoom atau 25 – 500mm dan untuk memperjauh jangkauan objek yang akan diambil, kamera ini dilengkapi dengan fitur digital zoom hingga 40x digital zoom.
Kamera ini juga disertakan konektivitas WiFi, sehingga pengguna dapat mentransfer foto maupun video langsung ke smartphone maupun tablet melalui Fujifilm Camera Application yang telah tersedia untuk gadget jenis iPhone, Android dan iPad. Adanya fitur tersebut telah menjadi tren saat ini untuk semua jenis kamera.
Kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini memiliki maksimum shutter speed sebesar 1/2000 per detik dengan shutter speed terbaik hingga 1/4000 per detik, yang dapat mencegah overexposure pada saat pengambilan gambar dibawah sinar matahari langsung dengan mode wide aperture.
Bagi yang menginginkan kamera dengan kinerja yang baik dalam hal pengambilan gambar dalam kondisi obyek berada pada cahaya yang kurang, mungkin Fujifilm FinePix F900EXR ini merupakan pilihan yang cocok. Di samping itu, kamera ini juga cocok untuk traveller karena kamera ini memiliki zoom optik yang jauh hingga 20x optical zoom. Untuk pilihan warnanya, kamera Fujifilm FinePix F900EXR tersedia dalam pilihan warna hitam, merah, silver dan navy blue.
Fujifilm akan mengeluarkan produk kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini di pasaran pada bulan April 2013 mendatang. Dan rencananya, kamera Fujifilm FinePix F900EXR ini akan ditawarkan dengan harga $399,95 atau kisaran 3,7 juta rupiah.

Variasi Matahari

 Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.

Efek Umpan Balik

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

Pemanasan Global di Bumi

Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.